BANDAR LAMPUNG (Lampost): Pemerintah Provinsi Lampung harus menyelamatkan kitab kuno peninggalan sejarah para ulama yang kini terbengkalai di Masjid Jami Al Anwar, Telukbetung Selatan, Bandar Lampung.
"Pemerintah harus memfasilitasi kitab peninggalan sejarah, seperti dalam hal pemeliharaan kitab-kitab tersebut," kata Fahrudin Dani, peneliti kebudayaan independen, ketika dihubungi Lampung Post, Selasa (7-9).
Menurut Fahrudin, keberadaan kitab kuno itu nantinya bisa bermanfaat sebagai referensi terkait kehadiran Islam ke Lampung. "Dengan kitab tersebut, tentunya bisa diketahui bahwa Lampung pernah didatangi para ulama penyiar Islam," kata Fahrudin.
Ia menyarankan kitab-kitab itu dialihkan ke museum. Pasalnya, di museum ada teknik pemeliharaan benda-benda sejarah sehingga kitab-kitab kuno tersebut dapat terjaga dengan baik.
Selain itu, kata Fahrudin, kitab-kitab tersebut juga bisa dibawa ke Kementerian Agama. Pasalnya, saat ini ada program mengenai penulisan kembali karya-karya lama. "Selain itu juga bisa melibatkan IAIN untuk lebih dahulu melakukan klasifikasi," ujarnya.
Sementara itu, dosen STAI Ma'arif Metro, Nasir, mengindikasi kitab-kitab kuno tersebut merupakan karya besar dari para ulama baik yang ada di Indonesia maupun dunia.
Kitab tersebut, ujar Nasir, hendaknya dikaji untuk mengungkap maknanya. "Kitab-kitab ini bisa jadi mempunyai posisi sebagai penjelasan dari Alquran dan Hadis," kata dia.
Nasir menambahkan kitab tersebut kurang dimanfaatkan oleh jemaah masjid, hendaknya diwakafkan kepada lembaga agama sehingga intisari dari isi kitab dapat diaplikasikan dengan baik.
Sekitar 480 kitab kuno berbahasa Belanda, huruf Jawi, dan Arab-Melayu yang tersimpan di Masjid Jami Al Anwar kondisinya memprihatinkan dan sudah banyak yang rapuh (Lampung Post, Selasa [7-9]).
Benda bersejarah ini hanya disimpan di gudang dan di dalam menara masjid tertua di Bandar Lampung itu. Padahal, kitab kuno tersebut di antaranya sudah ada sejak 1300-an.
Menurut Tjek Mat Zein, sesepuh sekaligus pengurus Masjid Jami Al Anwar, kitab-kitab tersebut sebelumnya dimanfaatkan sebagai sumber kepustakaan dan kerap dibaca H. Syamsul Arifin yang mempunyai kemampuan membaca huruf Jawi atau Arab-Melayu.
Namun, sejak 2008, ketika H. Syamsul Arifin meninggal, pengkajian kitab-kitab tersebut terputus karena tidak adanya pengurus yang memahami huruf Jawi. "Rencananya kami juga akan membangun perpustakaan dengan kondisi yang lebih baik sehingga selain dapat menjaga kondisi kitab, tentunya juga agar bisa dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya," kata Tjek Mat. (*/ZUL/R-2)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 8 September 2010
No comments:
Post a Comment