September 23, 2010

Tenaga Kerja: Tekan Kemiskinan, TKI Dilatih di Hongkong

Bandar Lampung, Kompas - Pemerintah Provinsi Lampung meluncurkan kebijakan pemberian pelatihan bagi calon-calon TKI di Hongkong, China. Kebijakan itu diklaim merupakan upaya mengurangi kemiskinan di daerah tersebut.

Tahun ini, sebanyak 50 calon TKW dikirim ke Hongkong untuk belajar bekerja di sektor informal selama enam bulan. Seluruh biaya, baik pengiriman dan akomodasi, ditanggung Pemprov Lampung.

”Ini merupakan salah satu program gubernur untuk mengurangi kemiskinan. Di sana mereka akan belajar bahasa Mandarin, mengasuh bayi, merawat jompo, dan membersihkan rumah. Usai pelatihan itu, mereka sudah mahir dan bisa langsung bekerja,” ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung Setiato, Rabu (22/9).

Kebijakan melatih dan mengirim TKI ke Hongkong ini bisa pula menjadi solusi menyusul larangan pengiriman TKI informal ke Malaysia. Negara jiran tersebut selama ini merupakan daerah tujuan utama TKI asal Lampung.

Jumlah TKI asal Lampung yang resmi tercatat mencapai 12.000 orang. ”Namun, kalau dilihat di bandara tiap tahun, jumlahnya selalu lebih dari itu. Bisa 20.000-an. Datanya memang tidak klop karena cukup banyak yang bekerja ilegal,” ujarnya.

Program pelatihan calon TKI ke Hongkong itu diharapkan pula bisa menjadi peredam banyaknya TKI-TKI ilegal. Namun, ia mengakui, salah satu kekurangannya adalah terbatasnya kuota. ”Tahun ini mungkin hanya 50 orang. Tahun 2011 selanjutnya ya mudah-mudahan bisa lebih banyak lagi, minimal 100 orang,” ujar Setiato.

Dengan berbekal keterampilan yang memadai dan jalur yang resmi, para TKI tersebut diharapkan akan lebih terlindungi dan kesejahteraan pun bisa lebih meningkat lagi. Kondisi itu pada akhirnya, ucap Setiato, akan turut berperan mengurangi angka kemiskinan di daerah asalnya.

Berdasarkan data Susenas per Maret 2010, jumlah penduduk miskin di Lampung mencapai sekitar 1,4 juta orang. Ini sekitar 18 persen dari total penduduk di Lampung yang berjumlah 7,5 juta jiwa. (jon)

Sumber: Kompas, Kamis, 23 September 2010

No comments:

Post a Comment