Oleh Maspril Aries Fisip
SEKITAR 25 tahun lalu, saya mahasiswa baru yang duduk di semester I pada program studi (PS) Ilmu Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Lampung (FH Unila) berani menulis di opini di harian Lampung Post dengan nama Maspril Aries Fisip. Jika ditelusuri dari dokumentasi Lampung Post, saya menjadi mahasiswa dari PS Ilmu Pemerintahan yang pertama menulis di koran ini, baik tulisan opini maupun cerpen. Juga menjadi alumnus FISIP pertama yang bekerja di Lampung Post.
Padahal saat itu semua orang tahu di Unila belum ada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), yang ada baru Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Pertanian dan Fakuktas Nongelar Teknologi (FNGT) atau D-3 Teknik Sipil.
Saat itu FISIP memang belum berdiri di Unila yang ada adalah dua program studi (PS) yang kelak menjadi cikal FISIP, yaitu PS Ilmu Pemerintahan dan PS Sosiologi, berada di bawah Fakultas Hukum. Apa yang saya lakukan sempat dianggap konyol oleh teman-teman dan ada yang dengan sinis mengatakan FISIP tidak mungkin berdiri. Memang sampai angkatan pertama lulus (mereka yang pindah dari Fakultas Hukum) meraih gelar sarjana, sampai angkatan saya, FISIP belum berdiri atau belum terpisah dari Fakultas Hukum.
Imbas dari itu. Entah bercanda atau entah serius, ada yang mengatakan ijazah lulusan Ilmu Pemerintahan dan Sosiologi tidak bisa diterima atau ikut tes menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS) karena ijazahnya tidak ditandatangani Dekan, tetapi oleh ketua program studi dan rektor.
Faktanya memang tidak seperti yang dibayangkan. Banyak alumnus FISIP yang justru berkiprah di birokrasi, mereka diterima bekerja sebagai PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung dan pemerintah kabupaten/kota lainnya. Juga ada yang menjadi PNS pada instansi pemerintah pusat. Juga banyak yang berkiprah di dunia swasta dan juga menjadi anggota parlemen (DPRD). Ijazah yang tidak ditandatangani seorang dekan tetap diakui di dunia kerja.
Itu menjadi bagian catatan kecil dari kelahiran FISIP Unila yang kini berusia 25 tahun. Jika ditelusuri perjalanan dan kiprah di Provinsi Lampung, FISIP telah mendorong dan memberi warna terhadap perubahan yang terjadi di daerah ini, khususnya pascareformasi. Di lingkungan kampus Unila, mahasiswa FISIP sebelum berdiri menjadi fakultas sudah memberi dinamika tersendiri terhadap gerakan mahasiswa di dalam kampus.
Salah satunya, dengan lancang (zaman itu tabu mahasiswa unjuk rasa di dalam kampus) tahun 1994, sejumlah mahasiswa berunjuk rasa di depan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu Wardiman Djojonegoro. Para mahasiswa melakukan aksi duduk mempertanyakan nasib FISIP yang tak kunjung berdiri.
Tanpa harus menyebut satu per satu dari aktivis mahasiswa dan staf pengajar dari FISIP Unila, banyak tercatat di lembar media massa bahwa mereka telah berkiprah baik dalam gerakan aksi maupun gerakan intelektual memberi warna terhadap dinamika sosial dan politik yang terjadi di Provinsi Lampung. Setelah menjadi alumni, lulus dari FISIP Unila dengan menggenggam gelar sarjana, kiprah alumnus FISIP Unila semakin nyata terlihat. Kiprah mereka ada di birokrasi dengan menyandang berbagai jabatan, juga ada yang berkiprah di parlemen melalui partai politik.
Di media massa jumlah alumnus FISIP Unila yang menekuni dunia jurnalistik justru semakin banyak. Saat awal berdiri, FISIP Unila tidak memiliki program studi atau jurusan ilmu komunikasi, tapi ini bukan hambatan untuk menjadi jurnalis cetak atau elektronik. Tanpa harus ada jurusan tersebut, FISIP Unila banyak melahirkan jurnalis andal.
Di lingkungan kampus Unila, mahasiswa FISIP Unila berminat di bidang jurnalistik banyak yang begabung dengan unit kegiatan mahasiswa (UKM) Pers Mahasiswa yaitu Teknokra. Tahun 1990 untuk pertama kalinya pemimpin redaksi Teknokra berasal dari FISIP. Regenerasi ini terus berlanjut, banyak aktivis pers mahasiswa dari FISIP menjadi pucuk pimpinan surat kabar mahasiswa terbesar di Indonesia.
Kiprah mahasiswa, dosen, dan alumnus FISIP Unila di media massa khususnya Lampung Post adalah kiprah yang sangat terlihat jelas melalui sumbangan pemikiran, ide, dan gagasan. Ini terlihat jelas saat suhu politik di Provinsi Lampung sedang "tinggi" dalam suasana pemilihan kepala daerah khususnya pada pemilihan gubernur Lampung.
Diakui atau tidak, kiprah dan pemikiran mahasiswa, dosen dan alumnus FISIP Unila banyak mewarnai terhadap dinamika sosial dan politik yang terjadi dengan tidak mengecilkan sumbangan pemikiran dari fakultas dan universitas lain. Bukti nyata dari olah pikir tersebut bisa dilihat dari dokumentasi atau buku yang diterbitkan dengan menghimpun pemikiran yang terserak di media massa.
Selama 25 tahun masa perjalanan FISIP Unila bukanlah langkah yang panjang dan jauh, bukan pula langkah yang pendek dan dekat. Cikal bakal FISIP memang sudah berusia 25 tahun, tapi secara legal formal resmi berdiri menjadi fakultas adalah tahun 1995 berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tanggal 15 November 1995 Nomor: 0333/O/1995 tentang Pembukaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. FISIP terdiri dari dua program studi: Sosiologi dan Ilmu Pemerintahan.
Setelah 10 tahun kemudian baru FISIP resmi menjadi fakultas yang berdiri sendiri, sama dengan fakultas yang sudah lebih dulu berdiri di Unila. Kini cikal bakal itu terus berkembang dengan ditandai lahirnya jurusan baru seperti ilmu komunikasi, administrasi negara, administrasi niaga dan program pascasarjana Ilmu Pemerintahan.
Usia 25 tahun jika dibandingkan dengan fakultas lainnya di Unila atau dengan FISIP di universitas di Pulau Jawa, FISIP Unila belum apa-apa. Dibandingkan 20 atau 10 tahun lalu, tentu FISIP Unila kini jauh lebih maju.
Ini bukan ingin membandingkan, tetapi jika kita bercermin pada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) yang pada 2010 sudah berusia setengah abad atau 50 tahun, FISIP Unila harus banyak berbenah. Fikom Unpad saat ini menjadi kiblatnya ilmu komunikasi di Indonesia dengan tradisi dosen yang sangat produktif menulis buku-buku yang menjadi rujukan mahasiswa ilmu komunikasi di Indonesia.
Jika saat ini belum banyak dosen yang menulis buku, menulis artikel di media massa harus dijadikan tradisi menuangkan gagasan dan pemikiran. Ke depan tradisi seperti ini perlu terus ditumbuhkan dan dijaga. Tak hanya dosen, mahasiswa FISIP pun harus mampu menulis makalah ilmiah dan juga artikel di media massa.
Pada usia 25 tahun FISIP Unila bisa menjadi kiblat jurusan untuk fakultas sejenis yang ada di Provinsi Lampung, diharapkan pada masa datang bisa menjadi kiblat dari FISIP yang ada di Sumatera. Target ini tak muluk adanya dan bisa dicapai jika tradisi positif bisa terus dijaga.
Maspril Aries Fisip, Jurnalis, Alumnus FISIP Unila dan Mantan Pemimpin Redaksi SKM ‘Teknokra’
Sumber: Lampung Post, Selasa, 30 November 2010
No comments:
Post a Comment