November 15, 2010

Seniman Mengkritik lewat Tari Kontemporer

BANDAR LAMPUNG -- Empat selendang putih panjang terjuntai menyentuh lantai seperti membentuk tirai. Seorang anak perempuan kecil berambut panjang berada di tengah-tengahnya. Sementara itu, empat orang pemuda berpakaian putih berjalan hilir mudik di sisi luar.

Tirai putih terbuka saat anak perempuan itu mencoba keluar melihat. Tak lama, dengan gerakan mendadak, satu dari empat pemuda merengkuh anak itu ke dalam pelukannya dan membawanya kembali ke dalam tirai.

Di luar, tiga pemuda yang tersisa melompat, berlari, berdiri di atas kedua tangan dan kepala serta bergelantungan di tirai itu. Adegan-adegan itu diakhiri dengan tergelantungnya seorang pemuda yang merengkuh anak perempuan itu, tergantung terbalik dan terikat di tirai putih itu.

Adegan yang menggambarkan hubungan inses antara kakak beradik itu merupakan tari kontemporer berjudul Potret nan Kanduang II karya Joni Andra. Pertunjukan itu digelar di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung pekan lalu dalam Pentas Tari se-Sumatera pada Pergelaran dan Pameran Seni se-Sumatera XIII.

Penampilan para pemuda yang tergabung dalam Impessa Dance Company, Sumatera Barat, tersebut mengajak kita untuk menekuri realitas yang begitu dekat sekarang ini.

Joni melihatnya sebagai pergeseran nilai dari etika-etika dalam keluarga yang kian hilang. "Dahulu, saat saya kecil, anak perempuan tidak boleh masuk ke dalam kamar anak laki-laki meski itu saudara, tetapi kini yang terjadi sebaliknya. Itu yang coba saya kritik," kata dia.

Hal tersebut, menurut Joni, dituangkannya dalam sebuah tari kontemporer. Seni, kata dia, seharusnya tak melepaskan realitas sosial dalam setiap bentuknya.

Seni, ujarnya, adalah pantulan realitas sosial, di mana seniman hidup dan menjadi bagian dari lapisan sosialnya.

"Karya ini merupakan sindirian, kritik sosial dari realitas yang saya lihat di sekeliling saya," ujar Joni.

Itulah kelebihan seni kontemporer, ujar Joni. Seni kontemporer, dalam hal ini tari, kata Joni, memiliki banyak �ruang kosong� yang dapat dimasukkan kritik-kritik tentang realitas yang terjadi di masyarakat. (MG13/K-1)

Sumber: Lampung Post, Senin, 15 November 2010

No comments:

Post a Comment