KESULTANAN Lampung mungkin saja tidak akan menyandang nama yang cukup dihormati, terutama di kalangan masyarakat adat Nusantara, tanpa peran Sultan Edward Syah Pernong. Berkat kiprah dan usaha keras dari sosok yang berkomitmen tinggi melestarikan beragam seni tradisi dan adat istiadat tersebut, sejumlah warisan tradisi Kesultanan Lampung masa silam yang pernah terancam pudar kini tetap bertahan karena terjaga dengan baik.
Edward Syah Pernong (ONI)
Ketika ditemui di sela-sela Kirab Agung atau pawai budaya yang menandai dibukanya kegiatan Festival Keraton Nusantara VII di kawasan Benteng Kuto Besak, Kota Palembang, Sabtu (27/11), Sultan Edward terlihat sibuk berbincang dengan para hulubalang, prajurit, dan sejumlah punggawa Kesultanan Lampung yang saat itu sedang bersiap-siap untuk memulai Kirab Agung.
”Sebelum giliran kita, saya hendak menyampaikan satu hal tentang pentingnya makna Kirab Agung. Kirab ini jangan hanya dimaknai sebagai prosesi jalan kaki atau pawai, tetapi kirab ini menjadi bukti bahwa Kesultanan Lampung masih berdiri sampai sekarang. Jadi, saya minta jangan mencoreng citra Kesultanan kita sendiri,” ucap pria kelahiran Bandar Lampung, 27 Februari 1958, itu.
Meski terlahir sebagai putra mahkota kesultanan, Edward Syah Pernong, yang kerap disapa Paksi Pernong ini, tidak serta-merta menjadi orang yang tinggi hati. Sebaliknya, dia memiliki banyak kawan yang berasal dari beragam profesi, mulai dari wartawan, guru, pejabat, bahkan anak yatim-piatu.
Melestarikan adat
Ketika memasuki masa persiapan sebagai Sultan, Edward mempelajari beragam hal, mulai dari ilmu pasti, komik fiksi, ilmu sejarah dan budaya, serta ilmu bela diri. Bagi Edward, setelah memasuki era abad ke-20, jabatan sebagai Sultan tak hanya disimbolkan sebagai penguasa adat dan budaya saja, tetapi juga perlu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
”Prinsip ini ternyata ada gunanya. Karena saya selalu menekankan pentingnya membuka diri dan mata bagi masyarakat Indonesia dan mancanegara, ternyata banyak orang yang bersimpati. Dampaknya, Kesultanan banyak menerima bantuan yang bisa digunakan untuk melestarikan peninggalan masa lalu,” kata Sultan Lampung yang ternyata juga berprofesi sebagai polisi berpangkat Komisaris Besar sekaligus menjabat sebagai Kepala Polresta Semarang ini.
Selama memimpin Kesultanan Lampung, Edward menyelamatkan sejumlah aset penting masa lalu yang nyaris tak terurus, seperti payung agung, lalamak, titi kuya, dan jamban agung. Selain itu, Edward juga merumuskan tatanan kirab pergantian takhta dan melestarikan tarian kuno. (ONI)
Sumber: Kompas, Senin, 29 November 2010
No comments:
Post a Comment