BANDAR LAMPUNG (Lampost): Tiga siswa SMK Nurul Falah, Tanggamus, menjuarai Lomba Baca Puisi Berbahasa Lampung yang dilangsungkan di Taman Budaya Lampung, Sabtu (27-11).
Lomba ini merupakan rangkaian Lampung Art Festival 2010 yang dilangsungkan Dewan Kesenian Lampung (DKL). Siswa Nurul Falah merebut harapan I atas nama Nur Asyifaturohman, juara II (Hayatun Sofia Naini), dan juara I (Mahaladun).
Sementara itu, harapan II direbut Alexander dari SMKN 5 Bandar Lampung, harapan III Fitto Anggoman (SMA 1 Natar), dan juara III Karina Oktavira (SMPN 4 Bandar Lampung).
Lomba puisi diikuti 31 siswa SMP dan SMA dari Bandar Lampung, Lampung Selatan, dan Tanggamus.
Para peserta membacakan puisi berbahasa Lampung karya Udo Z. Karzi yang terhimpun dalam buku antologi puisi berjudul Mak Dawah Mak Dibingi.
Peserta mendapat hadiah uang tunai, sertifikat, dan piala. Juara I mendapat Rp500 ribu, juara II Rp400 ribu, dan juara III Rp200 ribu.
Juri lomba ini adalah penyair Udo Z. Karzi, Ari Pahala Hutabarat, dan Asaroedin Malik Zulqornain.
Zulqornain menilai siswa SMK Nurul Falah memang bagus dalam melafalkan puisi berbahasa lampung. Bahasa Lampung memiliki aksen khas. Bahasa Lampung tidak menyebut "r" tapi "gh". Ada ciri khas yang membedakan bahasa lampung dengan bahasa lain.
"Mereka (Perwakilan SMK Nurul Falah) sudah benar mengucapkan aksen tersebut," kata Zulqornain.
Menurut Zulqornain, pembacaan puisi adalah sebuah pertunjukan sehingga unsur penampilan, seperti pakaian, menjadi penilaian.
Secara keseluruhan, kata dia, semua peserta sudah membacakan puisi dengan bagus dan indah serta sudah berusaha maksimal. Udo mengatakan penampilan siswa SMK Nurul Falah cukup baik. Pelafalan bahasa Lampung sudah benar. "Mungkin karena mereka sudah biasa berbahasa lampung," ujar Udo.
Namun, ada peserta yang masih salah dalam mengucapkan aksen bahasa lampung. Selain menilai aksen, juri juga menilai vokal, ekspresi, dan penghayatan.
Zulqornain juga mengatakan lomba baca puisi bahasa lampung ini merupakan langkah monumental DKL agar bahasa menjadi tuan di negeri sendiri. Ini menjadi salah satu cara memasyarakatkan dan melestarikan bahasa daerah lampung. "Lomba ini bisa menjadi acuan agar kita enggak sungkan jika bertemu, berbicara bahasa Lampung," kata dia. (MG2/K-2)
Sumber: Lampung Post, Senin, 29 November 2010
No comments:
Post a Comment