November 14, 2010

[Perjalanan] Membayangkan Prospek Pantai Teluk Nipah

DARI Pantai Teluk Nipah, memandang ke arah kiri ada tanjung terjal seperti balkon di atas laut. Menatap lurus ke depan, tanaman karet yang subur menyejukkan suasana. Sementara itu, ke kanan, hamparan pasir pantai nan landai dengan ombaknya memberi kesegaran dan dinamisnya alam.

Lahan seluas 870 hektare itu merupakan milik PT Perkebunan Nusantara (PTPN VII) di afdeling Bergen yang terletak di Desa Sukamarga, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. Awalnya kebun ini ditanami kelapa hibrida dan kakao. Sempat terseok oleh sengketa dengan perambah di musimnya reformasi.

Kini status tanah sudah selesai. Rimbun pohon karet di perbukitan seluas 400 hektare pun sudah mulai tergelar. Sisanya akan dirancang menjadi resor yang kemungkinan akan menjadi ikon baru pariwisata Lampung. Kontur tanah dan pantainya tak kalah dengan Pulau Bali.

Kawasan wisata bahari bernama Teluk Nipah ini sangat memukau. Bahkan, lahan perbukitan sangat cocok dijadikan sebagai tempat olahraga paralayang. Bukit di sebelah utara yang menjorok ke laut dengan ketinggian sekitar 200 meter dan permukaan atas yang landai dapat digunakan sebagai landasan pacu para pemain paralayang untuk take off.

Setelah lepas landas, mereka akan melayang di atas laut, mengitari bukit, menyapa tebing-tebing di perkebunan, dan mendarat mulus di pantai berpasir putih nan landai. Ini bisa menjadi pengalaman yang luar biasa bagi pencinta olahraga udara dan wisatawan yang ingin bertandem merasakan turbulensi dengan paralayang atau paramotor.

Pantai Teluk Nipah yang masih asri, dengan latar belakang pegunungan, Pulau Sebesi, Pulau Sebuku, dan Pulau Setiga. Bahkan, Gunung Krakatau yang kini mengepulkan asap dapat terlihat jelas dari pantai tersebut. Shal itu membuat PTPN VII berencana mengembangkan agrowisata. Pada lokasi perbukitan yang mengapit Pantai Teluk Nipah itu akan dibuat taman buah-buahan dan tanaman langka.

Untuk itu, PTPN VII akan bekerja sama dengan Pemprov Lampung, terutama Pemkab Lampung Selatan, yang kini memiliki wacana akan mengembangkan wisata pantai di daerah pesisir.

"Kami juga akan menggandeng investor dari kelompok usaha Bakrie guna mengembangkan agrowisata di sini," ujar Penanggung Jawab Program Agus Fahroni, didampingi Manager Distrik Way Sekampung PTPN VII Agus Hidayat G., di sela-sela kunjungan Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., Selasa (9-11).

Menurut Agus Hidayat, pada 2010 ini PTPN VII di Desa Sukamarga, Kecamatan Kalianda, luas lahan yang mencapai 820 hektare itu telah ditanami pohon karet seluas 400 hektare. Pohon karet juga akan menambah daya tarik sendiri bagi keindahan alam sebab tanaman ini akan mengapit jalan raya.

"Rencana pengembangan agrowisata di sini akan dilaksanakan pada 2013—2014 sebab kini kami sedang memperbaiki sarana transportasinya, misalnya infrastruktur, jembatan, dan gorong-gorong, yang akan menopang semua itu," kata Agus Hidayat G.

Untuk dapat berkunjung ke tempat ini, dari arah Bandar Lampung bisa menggunakan bus jurusan Rajabasa—Bakauheni. Kita akan melihat plang nama yang cukup lebar pada bagian tepi kanan jalan lintas Sumatera (jalinsum).

Untuk sampai ke sana, kita harus memakai jasa ojek. Hal itu karena untuk sampai ke sana, dibutuhkan waktu seperempat jam. Jarak dari jalinsum menuju Pantai Teluk Nipah kurang lebih 7 km. Bila dari arah Bakauheni, bisa sebaliknya.

Jalan masuk ke areal perkebunan PTPN VII di Desa Sukamarga, Kalianda, sudah berupa aspal hotmix. Sisi kanan-kirinya rumah penduduk. Namun, jalan hotmix hanya berjarak setengah kilometer, selebihnya jalan aspal yang telah mengelupas pada bagian badan jalannya. Bahkan, untuk sampai ke tepi Pantai Teluk Nipah, kita harus melalui jalan tanah yang kini sudah mulai dibangun berupa jalan onderlaag.

Di sini kita harus lebih hati-hati jika tidak ingin jatuh ke bebatuan jalan. Apabila menggunakan sepeda motor, semua itu bisa menjadi suatu tantangan yang cukup menarik bagi para pengendara yang menyukai tantangan.

Kontur tanah di lokasi perkebunan yang berbukit-bukit, dengan tebing-tebing cukup curam, membuat lokasi ini cukup dinamis jika dikembangkan menjadi berbagai objek wisata.

Terdengar kabar, di lokasi ini sempat akan digelar lapangan golf 12 hole. Jika investor atau PTPN VII mau membangun kawasan ini lengkap dengan hotel atau cottage dan segala fasilitasnya, Lampung sebagai daerah tujuan wisata baru selain Bali dan Puncak bagi warga Jakarta, bukan hanya impian.

Dari jumlah areal kebun, hanya separuh yang ditanam karet. Selebihnya, tanaman kakao dan tanaman kelapa hibrida masih tegak dan subur. Beberapa pembuat gula kelapa sempat memanfaatkan pohon-pohon kelapa ini.

Jika investor ingin menawarkan satu objek wisata natural berupa sajian legen atau nira kelapa langsung dari sumbernya, investor bisa menggandeng masyarakat setempat untuk mengusahakan kembali penderesan nira kelapa.

Bahkan, tobong-tobong perajin gula kelapa—dengan konsep tradisional tetapi ditata apik—bisa menjadi objek wisata kerajinan tradisional yang menarik.

Tobong gula kelapa bukan sekadar mencetak gula merah. Sejak dulu tobong semacam ini juga dimanfaatkan untuk merebus ubi atau pisang, dalam larutan legen yang dimasak. Rasa singkong yang dijerang dalam larutan nira sebelum mengental menjadi gula ini sungguh luar biasa dan ngangeni.

Pengunjung yang notabene wisatawan juga bisa diajak serta mempraktekkan bagaimana membuat gula merah. Gula yang alamiah, tanpa bahan pengawet, tanpa campuran kimia, terlebih buatan mereka sendiri, akan sangat menarik menjadi oleh-oleh pengunjung. Apalagi ditambah dengan kearifan warga setempat yang dapat membuat berbagai penganan dengan bahan dasar gula ini. Kita tunggu! (JUWANTORO/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 14 November 2010

No comments:

Post a Comment