December 16, 2012

[Lentera] Jazz Cilik Lampung di Malaysia

NAMA Lampung membahana di panggung jazz internasional, Kuala Lumpur, Malaysia, Mei lalu. Ini bukan ajang sembarangan, hampir semua musisi jazz terkenal dari Eropa, Amerika, dan Asia hadir dan menyaksikan perhelatan yang dikenal dengan nama World Youth Jazz Festival.

Di hadapan ribuan penonton, yang didominasi anak muda, grup musik asal Lampung, Three Song, tampil. Bahkan para personelnya, menjadi peserta termuda. Mereka adalah Samuel Song (13) sebagai pemain bas, Josafat Song (10) sebagai drumer, dan Alexander Sila (9) sebagai keyboardist.


?Pengantar acara menyebut Three Song Lampung, bukan Indonesia. Setelah acara, banyak musisi jazz yang bertanya di mana itu Lampung. Saya pun jelaskan di mana itu Lampung,? kata Dodo Mikha, yang juga ikut mendampingi Three Song.

Awalnya, There Song hanya tampil sekali. Namun, Perdana Menteri dan Menteri Pemuda Olahraga Malaysia meminta ketiganya untuk tampil kembali di luar acara World Youth Jazz.

Tidak semua grup jazz tampil di hadapan perdana menteri. Hanya ada tiga grup, dan salah satunya Three Song.

Samuel dan Josafat adalah kakak beradik, keduanya adalah putra Dodo Mikha. Awalnya Three Song dibentuk oleh Dodo bersama dua anaknnya. Namun, saat mengikuti World Youth Jazz Festival, posisi ayah tiga anak ini digantikan oleh Alexander sebagai pemaian keyboard.

Three Song dibentuk secara tidak sengaja untuk mengisi acara Jazz to Campus yang diadakan di Universitas Lampung (Unila), akhir 2011. Dodo nekat menampilkan jazz bersama kedua anaknya dalam pertunjukan musik itu.

?Masa saat pertunjukan jazz di Lampung tidak ada grup lokal Lampung yang tampil. Akhirnya, Three Song pun tampil di panggung,? kata dia.

Usai tampil perdana di Unila, Three Song kembali unjuk gigi dalam festival jazz iternasional di Jakarta, Java Jazz, Maret lalu. Pertunjukan inilah yang kemudian membuka mata banyak pemain jazz hebat, salah satunya adalah Idang Rasjidi.

Samuel dan Josasaf bermain musik sejak kecil. Bahkan, sejak dalam kandungan, suka didengarkan dengan musik. Keseharian mereka pun dekat dengan berbagai jenis alat musik. Di Pondok Daud Musik sebagai tempat bermain sekaligus belajar musik.

Dodo sejak kecil selalu mengajak anaknya ke Pondok Daud Musik, di Jalan Suprapto, Tanjungkarang Pusat, Bandar Lampung. Dari situlah keinginan untuk bermain musik muncul dengan sendirinya. Justru Samuellah yang meminta untuk diajarkan bermain drum. Semuanya dimulai dengan kesadaran bukan dari perintah.

Awalnya Samuel suka dengan drum dan dia pun giat berlatih. Namun, belakangan, dia memilih untuk memainkan bas. Dan, Josafatlah yang fokus pada permainan drum.

Hampir setiap hari mereka berlatih. Bahkan menjelang pertunjukan atau festival, latihan lebih gila lagi. Dalam dua bulan sebelum hari pertunjukan, latihan tiap hari mulai pagi sampai malam hari, dan hanya diselingi rehat sejenak. ?Jika sedang mood, latihan bisa sampai pukul 1.00,? kata Samuel.

Saat latihan, kata Samuel, kami selalu disiplin, tidak ada main-main. Dodo pun selalu tegas kepada anak-anaknya untuk disiplin dalam bermusik. Musik itu berbicara intelektualitas. Dan itu bisa dipenuhi dengan disiplin yang tinggi serta kerja keras.

Permainan bas Samuel mencuri perhatian maestro jazz Idang Rasjidi. Dia pun mengajak Samuel untuk latihan bersama dan mengiringi grup jazz Rasjidi Syndicate dalam berbagai pertunjukan di tingkat nasional dan dunia.

Banyak orang yang bertanya tentang Semuel yang dididik dan bermain langsung bersama Idang. Hampir semua pemain jazz muda ingin diajari langsung oleh Idang. Bahkan ada orang tua yang bertanya kepada Dodo, ?Bayar berapa supaya bisa ikut Idang.?

Padahal, kata Dodo, dia sama sekali tidak membayar sepeser pun kepada Idang. Justru Idanglah yang meminta Samuel menetap di Bogor dan masuk grup jazz yang dimainkan Idang.

Tidak hanya di situ, Samuel yang kini memilih untuk home schooling ini juga mendampingi musisi jazz besar lainnya, seperti Indra Lesmana, Tompi, dan Mus Mujiona.

Samuel akhirnya tampil di berbagai acara jazz besar, seperti di Red White Café, tempat bermain jazz elit, Ramadhan Jazz Festival, dan tampil di pertunjukan jazz di Johor, Malaysia, bersama Tompi. Tidak sembarangan orang bisa tampil di Red White.

Setelah tampil dengan beberapa musisi jazz nasional, Samuel pun masih menyimpan cita-cita lainnya, bermain bersama dengan musisi jazz dunia. Dia pun berharap akan terus terlibat lebih banyak dalam pertunjukan jazz tingkat internasional.

Kini, Samuel dan Josofat pun fokus pada musik. Dodo memutuskan agar anaknya mengikuti home schooling sehingga tidak perlu lagi berangkat ke sekolah. Kesibukan dalam bermusik dan tampil di berbagai pertunjukan membuat Samuel tidak punya banyak waktu untuk ke sekolah.

?Home Schooling itu pilihan untuk menunjang cita-cita yang akan dituju. Saya dan anak-anak sudah merancang cita-cita,? kata Dodo.

Teman-teman Samuel pun heran dengan pilihan home schooling. Dengan metode belajar di rumah itu, teman-temannya merasa Samuel tidak bisa menikmati bermain di sekolah. Samuel menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya itu untuk menunjang mimpinya menjadi pemain musik yang hebat.

Bermain musik pun adalah cara untuk mengurangi intensitas anak bermain playstation. Selama ini, banyak anak-anak yang menghabiskan waktu dengan bermain game. Dengan musik, Dodo mengarahkan anaknya supaya lebih positif.

Samuel pun sama sekali tidak tertarik untuk bermain playstation. Bahkan pernah dia akan dibelikan game asal Jepang ini. Namun, pelajar kelas IX SMP ini menolak dengan pertimbangan tidak terlalu berguna. (PADLI RAMDAN/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 16 Desember 2012

No comments:

Post a Comment