September 3, 2011

BATUBRAK (Lampost): Tongkat bambu buntu menjadi salah satu barang yang dicari pengunjung saat berlangsungnnya pesta sekura (pesta topeng) yang dilangsungkan di berbagai pekon saat Idulfitri 1432 Hijriah di Lampung Barat.

Dengan harga antara Rp20 ribu—Rp 50 ribu, bambu buntu yang dijajakan sakura (petopeng) selalu dipadati pembeli. Dan, hanya hitungan jam, ratusan tongkat yang dibawa penjual selalu habis.

Sadikin, seorang pengujung di Pekon Balak, Jumat (2-9), mengatakan penjualan bambu buntu hanya dapat ditemui saat acara pesta sekura. Sehingga menjadi hal yang wajar bambu buntu menjadi oleh-oleh yang paling dicari pengunjung, terutama bagi pemudik yang berasal dari Pulau Jawa.

"Kalau di pasar enggak ada yang jual tongkat bambu buntu. Sehingga saat pesta sekura digelar, pasti banyak yang nyari," kata Sadikin, pemudik asal Jakarta.

Dia juga mengaku membeli bambu buntu dengan harga yang berbeda-beda, mulai dari Rp20 ribu—Rp50 ribu, tergantung bentuk dan variasi tongkat. Dia memburu bambu buntu dari beberapa penjual sebagai oleh-oleh mudik untuk rekan kerjanya di Jakarta.

"Ada satu tongkat yang saya beli seratus ribu. Ini semua pesanan rekan kerja saya, karena di Pulau Jawa tongkat bambu buntu ini susah dicari," kata dia.

Di tempat yang sama, Rozi, penjual bambu buntu yang mengenakan sekura (topeng), mengaku setiap ada pesta dia selalu menjual bambu buntu. Setiap hari, selama pesta sekura, bambu buntu habis dalam beberapa jam.

"Ini hanya tinggal sebelas tongkat lagi. Tadi saya bawa 60 bambu buntu," kata Rozi yang mengenakan topeng dengan hanya memakai celana pendek.

Dia juga mengatakan untuk mengolah bambu buntu menjadi tongkat membutuhkan waktu lama. Sehingga setiap menjelang bulan puasa dia telah mencari bambu buntu di hutan, kemudian membuang kulitnnya.

Selanjutnya, membentuk bongkolnnya menjadi kepala tongkat dengan berbagai bentuk, sehingga menarik dilihat serta diminati pembeli. "Uang Rp30 ribu tidak seberapa jika dibandingkan dengan proses pengolahan bambu buntu menjadi tongkat," kata dia. (*/D-3)

Sumber: Lampung Post, Sabtu, 3 September 2011

No comments:

Post a Comment