BANTEN (Lampost): Sebanyak 23 lumba-lumba terdampar di perairan Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Mereka diduga tersesat dan tidak bisa kembali ke air dalam. Akibatnya, 17 ekor lumba-lumba hidung botol itu mati.
LUMBA-LUMBA MATI. Sejumlah warga mengumpulkan lumba-lumba yang mati sebelum dikubur di Ujung Kulon, Kamis (29-9). Sebanyak 16 ekor lumba-lumnba yang terdampar mati, sementara tujuh lainnya selamat dan dikembalikan ke laut. Lumba-lumba ini diperkirakan merupakan koloni lumba-lumba di Teluk Kiluan, Tanggamus. (REUTER)
"Warga lokal yang sedang mencari kerang menemukan 23 lumba-lumba terdampar," kata aktivis Jakarta Animal Aid Network (JAAN) Benfica, Kamis (29-9).
Terdamparnya lumba-lumba ini terjadi pada Rabu (28-9) siang. Saat hendak ditolong, 16 lumba-lumba sudah mati. Sisanya yang bertahan coba diselamatkan petugas taman nasional dan warga. "Pagi tadi pukul 10.00 sisanya 7 lumba-lumba digiring ke laut dalam. Namun, setelah dipantau, 1 mati," ujarnya.
Sisa 6 ekor terus dipantau agar tidak kembali ke perairan dangkal. "Mereka tersesat sampai masuk ke perairan dangkal mungkin karena asyik mencari makan, saat itu laut memang pasang," kata Benfica. Kejadian ini baru pertama terjadi di Ujung Kulon.
Ketua Yayasan Ekowisata Cikal Lampung Riko Stefanus menjelaskan ada kemungkinan satwa itu terbawa jaring nelayan kapal purse seine. "Karena kapal beroperasi malam dan memakai lampu, bisa jadi mereka masuk dalam jaring dan terbawa sampai Banten. Nelayan dari Ujung Kulon juga sering mencari ikan sampai perairan Lampung," kata Riko.
Jika itu terjadi, biasanya pada kulit lumba-lumba ada bekas sayatan jaring.
Kemungkinan lain, lumba-lumba terkontaminasi limbah sehingga membuat mereka mencari perairan yang jernih. "Atau bisa juga karena musim berahi sehingga membuat jelajah mereka tinggi. Sebab, pada dasarnya, satwa ini lincah bergerak. Tak menutup kemungkinan sampai ke Ujung Kulon," kata Riko. (ASP/U-2)
Sumber: Lampung Post, Jumat, 30 September 2001
Kasian banget :(
ReplyDeleteWalaupun berita terdamparnya lumba-lumba hidung botol ini sudah 12 tahun berlalu tidak banyak diketahui publik termasuk saya sendiri yang pada saat kejadian masih bermukim di desa Tamanjaya, kec. Sumur, Kab. Pandeglang yang menjadi pintu gerbang utama menuju kawasan semenanjung Ujungkulon.
ReplyDeleteTerus terang saya agak heran dengan dugaan Riko Stefanus tentang kemungkinan penyebab terdamparnya kawanan lumba-lumba tsb akibat terbawa jaring nelayan kapal asal Ujungkulon. Sebab faktanya dari dulu sampai sekarang tak pernah ada satupun nelayan asal Ujungkulon yang memiliki kapal jaring purse seine dan mencari ikan sampai ke perairan Lampung. Sebaliknya, justru nelayan asal Lampung lah yang banyak berburu ikan dengan cara menghancurkan terumbu karang di perairan Ujungkulon dengan menggunakan bom ikan. Sayang sekali berita ini sudah 12 tahun berlalu.. tapi semoga pembaca dapat mencerna informasi mana yang benar dan mana yang asal bunyi dan tanpa fakta yang dapat dipertanggungjawabkan