September 25, 2011

[Perjalanan] Pesta 1.001 ‘Sekura’ Lampung Barat

IDULFITRI 2011 berdekatan dengan HUT ke-20 Kabupaten Lampung Barat. Memanfaatkan momentum pesta sekura yang biasanya ada pada perayaan Lebaran ditanggap serius dengan tajuk Pesta sekura 1.001 wajah.




FOTO-FOTO: LAMPUNG POST/HENDRI ROSADI

Minggu (18-9), sekitar pukul 07.00, warga yang mengenakan sekura (topeng) sudah mulai berdatangan. Padahal, kabut yang akrab di Kota Liwa, Lampung Barat, baru saja berlalu. Namun, warga tetap antusias untuk meramaikan pesta sekura 1.001 wajah yang menjadi tema kegiatan dalam rangka memeriahkan ulang tahun ke-20 Kabupaten Lampung Barat.

Sambil menunggu rombongan lainnya, tampak para sekura bercakap-cakap meskipun tidak membuka penutup wajahnya. Sementara itu, panitia menyiapkan dan mengarahkan setiap rombongan sekura yang datang.

Selanjutnya iring-iringan 1.001 sekura bergerak dari Lapangan Merdeka Pasar Liwa menyusuri jalan protokol menuju pusat perkantoran Pemkab Lampung Barat. Mereka mengikuti pawai sekura dengan pakaian berbagai corak warna dan khasnya adalah mengenakan penutup wajah.

Sesuai dengan tema kegiatan, sekitar 1.001 masyarakat dari empat kecamatan di Lampung Barat, yakni Balikbukit, Batubrak, Belalau, dan Batuketulis, mengenakan topeng sekura. Ada beberapa jenis dan sebutannya, antara lain sekura kamak dan sekura kecah atau helau.

Topeng sekura yang dikenakan dari berbagai bentuk ada yang terbuat dari kayu dan banyak juga dari kain dengan tetap menonjolkan nilai-nilai eksotis budaya tersebut. Perhelatan pesta sekura akbar dan pertama kalinya dalam jumlah besar, banyak menarik perhatian warga yang menonton memadati sepanjang jalan protokol.

Bahkan warga yang berasal dari luar Lampung Barat yang sengaja datang untuk menyaksikan pesta yang lazim digelar memeriahkan Idulfitri ini. Menariknya, seolah mengerti apa yang pengunjung inginkan, sekura itu menghampiri dan menghadap setiap jepretan kamera yang mengarah ke mereka.

Suasana ceria siang itu menghampiri setiap wajah pengunjung. Apalagi setelah Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri dan Wakil Bupati Dimyati Amin juga berbaur bersama mereka dan tidak sungkan-sungkan mengenakan topeng sekura.

Berbagai atraksi yang disajikan sakura, seperti pementasan seni beladiri, budaya, dan cara menyapa pengunjung, membuat warga yang menyaksikan kegiatan larut dalam semaraknya kegiatan.

Begitu juga dengan lantunan sastra Lampung, yakni budaya wawayaan yang dipentaskan sakura di tengah-tengah kerumunan ribuan pengunjung yang datang, ternyata menjadi salah satu wadah menyiarkan agama. Selain itu, rombongan sekura dengan leluasa memperagakan atraksi budaya leluhur, seperti hadra, pencak silat, dan beberapa kesenian lainnya yang kini mulai tergerus zaman.

Pada akhir kegiatan, yakni sekura cakak buah (panjat pinang), sorak-sorai membahana dari setiap sudut Lapangan Pemkab Lampung Barat. Sekitar 50 pohon pinang yang disiapkan panitia menjadi pusat kerumunan. Pengunjung memberi semangat sekura yang tengah berjuang untuk mendapatkan ratusan hadiah yang tergantung di pohon pinang.

Secara bergantian puluhan sekura berkelompok memanjat pohon pinang, sampai akhirnya salah satu dari kelompok berhasil mencapai puncak pohon pinang dan berhak mendapatan hadiah tersebut. (HENDRI ROSADI/ARIFSAH/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 September 2011

No comments:

Post a Comment