Palembang, Kompas - Kopi produksi Sumatera Selatan sulit bersaing di pasar ekspor karena belum memenuhi standar kualitas dan kebersihan. Padahal, dengan produksi 670.000 ton per tahun, provinsi itu sanggup memenuhi permintaan ekspor.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumsel Eppy Mirza di Palembang, Rabu (23/6), mengungkapkan, negara yang berminat mengimpor kopi dari Sumsel adalah Amerika Serikat, Belanda, dan Arab Saudi. Pembeli dari tiga negara itu berminat mengimpor kopi dari Sumsel setelah melihat contoh produk yang dipamerkan dalam pameran Sriwijaya Expo di Jakabaring, Palembang, Sumsel, 16-23 Juni 2010.
Menurut Eppy, dalam satu tahun Arab Saudi ingin mengimpor 50.000 ton kopi, Belanda 100.000 ton, dan AS 150.000. ”Persoalannya, para pembeli itu tahu kualitas kopi Sumsel masih di grade III dan IV. Padahal, mereka menginginkan kopi kualitas grade II atau sekurangnya kualitas grade III, tetapi yang terbaik,” katanya.
Eppy mengutarakan, kualitas kopi grade II berasal dari biji kopi yang utuh, tidak pecah, dan ukurannya sama. Kualitas biji kopi dari Sumsel belum dapat memenuhi kualitas grade II. Kopi dari Sumsel harus bersaing dengan kopi dari Vietnam, Thailand, dan Malaysia.
Eppy menambahkan, pengolahan biji kopi pascapanen di Sumsel belum memerhatikan faktor kebersihan. Sebagian petani menjemur biji kopi di jalan, lalu dibiarkan digilas kendaraan supaya bijinya cepat pecah.
”Kesulitan yang kami hadapi adalah peningkatan kualitas biji kopi. Para pembeli dari luar negeri itu akan melakukan transaksi kalau kualitas kopi Sumsel sudah baik. Kami sanggup meningkatkan kualitas kopi Sumsel,” ujarnya.
Melalui Lampung
Dimyati Rais, pedagang kopi di Pagar Alam, salah satu sentra perkebunan kopi di Sumsel, mengatakan, biji kopi dari daerahnya belum menembus pasar ekspor karena kualitasnya belum memenuhi.
”Biji kopi dari Sumsel dijual ke eksportir di Lampung. Eksportir itu lalu menyeleksi kualitas biji kopi dari Sumsel dan berbagai daerah lain untuk diekspor dan untuk konsumsi dalam negeri.
”Pasar ekspor kopi di AS dan London saat ini sedang mencapai puncak karena para eksportir sedang mengeluarkan kopinya ke pasaran,” tuturnya.
Dimyati menyebutkan, harga 1 kilogram biji kopi kering di Pagar Alam sekarang Rp 10.500. Di Lampung, harganya menjadi Rp 11.200-Rp 11.700. Harga biji kopi kualitas ekspor di Lampung Rp 13.000.
”Harga kopi di Pagar Alam sedang bagus. Awal Juni masih Rp 9.000 sampai Rp 9.500 per kilogram,” ujar Dimyati. (WAD)
Sumber: Kompas, Kamis, 24 Juni 2010
No comments:
Post a Comment