BANDAR LAMPUNG--Sembilan laki-laki berpakaian serbahitam mengangkat perahu berisi sesaji berupa kepala kerbau, daging, buah-buahan, dan aneka minuman, Minggu (13-7). Diangkut Kapal Motor (KM) Balam Berseri, perahu itu akan dibawa ke kawasan perairan Karang Ratu untuk dihanyutkan.
"Memang ada wilayah khusus untuk ngelarung ini." Begitu kata Warsit, salah seorang tokoh nelayan Lempasing diwawancarai di KM Balam Berseri. Karena acara itu adalah sebagai ucapan rasa syukur atas hasil kepada nelayan yang melimpah dari laut. Dan di Karang Ratu, biasanya nelayan di Lempasing seringkali mendapat hasil tangkapan banyak.
Kali ini acara ngelarung digelar bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-326 Kota Bandar Lampung dan HUT Ke-35 Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI). Sesaji yang diusung sembilan laki-laki tadi dikawal oleh 68 pelajar SMK Negeri 6 Bandar Lampung ke kapal pengangkut yang telah dicat merah-biru dan dihiasi bendera Merah Putih.
Di KM Balam Berseri tampak Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Untung Sugiatno, Asisten I Sekkot Bandar Lampung Amami Amila, calon gubernur Lampung Muhajir Utomo, dan beberapa pengurus DPC HNSI Kota Bandar Lampung. Sementara sekitar sepuluh perahu nelayan ikut mengawal upacara ngelarung dan nantinya kapal itu akan memperebutkan sesaji di kapal dengan cara menabraknya. Kapal menuju Karang Ratu dengan menempuh waktu sekitar 30 menit dari TPI Lempasing.
Begitu sampai di kawasan Karang Ratu, kapal berhenti. Acara dimulai dengan sebelumnya digelar doa yang dipimpin Ustaz Arwani. Kemudian panitia acara menebar bunga di laut sekitar kapal.
Barulah perahu sesaji tujuh warna itu diterjunkan ke laut kawasan Karang Ratu. Sesaat kemudian, sejumlah perahu nelayan yang ikut mengawal kapal langsung berebut sesaji. Perahu nelayan bergerak cepat dan berebut menabrak perahu sesaji sebagai simbol pemberian makan ke penghuni Karang Ratu. "Perahu pertama yang menabrak sesaji dipercaya akan memperoleh keberuntungan," kata salah seorang pengurus HNSI Bandar Lampung Lukmanuddin.
Beberapa nelayan berperahu yang saling berebut sesaji itu mengaku mereka sengaja tidak melaut hari itu. Mereka mengaku untuk acara ini memang disediakan waktu khususnya sebab ada manfaat besar kemudian hari dari acara ngelarung. "Kami berharap upacara ngelarung ini dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan," seorang nelayan Tarso (55).
Sementara Wali Kota Bandar Lampung Eddy Sutrisno dalam sambutannya yang dibacakan Amami Amila mengatakan dalam penglepasan larungan sebagai simbol pemberdayaan kelautan. "Pemerintah Kota akan menjadikan ngelarung sebagai paket budaya untuk pariwisata," kata dia. Padli Ramdan/K-3
Sumber: Lampung Post, Senin, 14 Juli 2008
No comments:
Post a Comment