July 13, 2008

Travelling: Mereguk Kebebasan Laut Pantai Ringgung

KELUASAN laut selalu menjadi inspirasi pembebasan. Tak heran jika untuk menghilangkan kepenatan, bentangan samudera dengan aroma khasnya akan meluluskan segala keinginan tentang kebebasan dari belenggu rutinitas. Salah satu lokasi di Lampung yang menawarkan spekta kebebasan laut adalah Pantai Ringgung di Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.

Matahari memang sudah mengintip dari balik bukit Pulau Tegal, Desa Sidodadi, Kecamatan Padang Vermin, Pesawaran. Tetapi, udara masih menggigilkan tubuh. Angin laut yang baru kembali dari perkelanaan di lautan lepas membawa butiran-butiran air yang menerpa semua benda yang berada di hadapannya.

Pagi itu, Minggu. Sepotong hari yang menjadi tumpuan hampir semua pekerja untuk sedikit berleha-leha. Sekelompok "orang kota", tampaknya dari satu keluarga, sudah berada di satu unit rumah apung di lepas pantai Ringgung. Beberapa pria dewasa bersiap terjun ke laut, mengenakan pelampung scotlight merah terang. Sementara, beberapa wanita dan anak-anak memperhatikan pria dewasa itu sambil bercanda-tawa.

Beberapa saat kemudian, "byur-byur-byur!", pria-pria itu sudah berada di air alut yang kisut. Dengan aba-aba sekenanya, mereka seolah berlomba berenang menjemput matahari di Pulau Tegal. "Hampir setiap Minggu pagi atau hari libur, mereka berenang dari sini ke Pulau Tegal. Jaraknya sekitar 500 meter. Terus, keluarganya kami antar pakai perahu ke pulau itu. Sebenarnya, mereka mau nyantai di Pulau Tegal, tetapi diawali dengan berenang," kata Dadang, pria setengah baya yang dipercaya mengelola sebuah resor sederhana milik seorang pengusaha Bandar Lampung di Pantai Ringgung.

Kegiatan berenang itu adalah salah satu pilihan rekreasi bagi pengunjung Pantai Ringgung. Resor yang dikelola Dadang itu sering disewa pengunjung untuk berbagai acara wisata keluarga, termasuk yang mau berenang.

Tempat itu memang menghadirkan kesegaran pikiran. Sebuah teluk kecil dengan garis pantai lengkung oval berpagar bukit Ringgung di sisi Barat dan Selatan, dan Bukit Lahu di sisi Utara membuat pemandangan biru laut serasi dengan hijau perbukitan. Sementara, Pulau Tegal yang berbentuk gunung seperti menjadi pelindung teluk dari amukan ombak yang tak bersahabat.

Lokasi itu hanya berada sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Bandar Lampung ke arah barat daya menuju Padang Cermin, Pesawaran. Dari jalan raya Hanura-Padang Cermin, jalan batu sejauh 500 meter akan mengantar menuju tempat yang menjadi tempat rekreasi keluarga ini.

Secara umum, tempat wisata pantai ini belum ada pengelolaan secara profesional. Masuk kawasan ini, satu portal dari bambu dipasang dengan penunggu yang berada pada pos jaga sederhana. Dengan membayar Rp10 ribu untuk kendaraan roda empat dan Rp5.000 untuk sepeda motor, pengunjung sudah bisa menikmati panorama laut yang indah itu.

Belasan pondok-pondok dari papan dan asbes dengan warna-warna cerah dibangun oleh pengelola. Dari pondok-pondok tersebut, pengunjung bisa bersantai sambil memandang laut yang di tengahnya berdiri beberapa keramba budi daya ikan kerapu. Ombak pantai yang tenang, air yang jenih, dan mangrove berupa hutan bakau yang terjaga mengundang para pembudi daya ikan air laut itu berusaha di sini. Namun, keberadaan mereka sinergis dengan tujuan wisata.

Keramba-keramba itu tidak memberi kesan kumuh. Bahkan, wisatawan boleh mampir untuk menikmati pemandangan ikan-ikan dalam keramba. Bahkan lagi, ada salah satu pengusaha yang memasang keramba khusus untuk menampung berbagai ikan hasil tangkapan nelayan binaan. "Jadi, beberapa warga setempat diberi peralatan penangkap ikan berupa bubu. Terus, hasil tangkapan dibeli oleh Koh Aluk. Tapi, harus dalam keadaan hidup. Ikan apa saja. Bahkan, ada ikan hiu," kata Dadang.

Keberadaan Koh Aluk dengan usaha itu, kata Dadang, sangat mendukung pariwisata dan warga. Beberapa warga mendapat penghasilan dengan bermitra dengannya. Sedangkan usaha penampungan ikan laut hidup itu memudahkan para wisatawan untuk mendapatkan ikan untuk dikonsumsi.

"Memang, para wisatawan itu kebanyakan datang ke sini untuk mancing sambil santai. Tetapi, mancing kan nggak mudah. Banyak yang hanya dapat ikan kecil-kecil. Padahal, mereka ingin makan ikan yang bagus. Akhirnya, mereka beli ke Koh Aluk. Sebab, bakar ikan dari yang masih hidup rasanya lain, lebih enak," kata Dadang.

Soal harga ikan hidup dari Koh Aluk, kata Dadang, memang agak mahal. Meskipun demikian, masih ada pilihan bagi penikmat yang berkantong tipis. Yakni, ikan rucah atau ikan campur atau terdiri dari berbagai jenis ikan. Harganya cukup murah, yakni Rp10 ribu per kilogram. "Tetapi kalau yang ikan khusus jenis tertentu, harganya cukup mahal. Ikan simba Rp40 ribu per kilo, kerapu lumpur sampai Rp160 ribu. Bahkan ikan kerapu bebek sampai Rp600 ribu sekilo. Tetapi, semua masih hidup," kata dia.

Suasana Pantai Ringgung memang biasa saja. Hamparan pasir yang dapat digunakan untuk mandi matahari ada di bagian selatan pantai ini. Jika hari libur, kata Dadang, pantai ini cukup ramai dikunjungi. Namun, kebanyakan pengunjung lebih tertantang dengan menyeberang ke Pulau Tegal, pulau kecil berpenduduk 35 kepala keluarga, untuk bersantai. Selebihnya, ingin mancing di rumah-rumah apung yang bersatu dengan keramba-keramba.

Mancing dan nyantai di resor, Dadang menjelaskan, dirinya mendapat kepercayaan untuk menyewakan rumah apung sederhana itu Rp300 ribu sehari. Jika mau memakai malam hari, karena Dadang harus menghidupkan generator set untuk listrik, harga yang ditawarkan menjadi Rp400 ribu semalam.

Rumah apung yang di sampingnya terdapat beberapa bidang keramba ikan kakap itu memiliki fasilitas dua kamar. Ada kamar mandi dengan air tawar, dan fasilitas lain. "Kami juga menyediakan alat pancing, pelampung, dan keperluan untuk membakar ikan, dan sebagainya," kata dia.

Rumah apung ini berjarak sekitar 200 meter dari pantai. Kedalaman air di bawah rumah apung yang terbuat dari papan itu sekitar 12 meter. Kejernihan air dan kebersihannya mengundang pengunjung untuk bisa berenang di sekitar resor. Hal itu memungkinkan karena ombak di luat Teluk Lampung itu tidak besar atau relatif tenang. Terlebih dengan keberadaan Pulau Tegal yang seolah-olah menjadi bumper penjaga keselamatan penikmat Pantai Ringgung.

"Boleh berenang di sini. Dalamnya memang sekitar 12 meter, tetapi kan kami awasi dengan ketat. Terus, semua yang mau turun ke laut, harus pakai pelampung. Kami juga jaga jangan sampai jauh dari tempat," kata Dadang.

Mengenai keberadaan objek wisata ini, Dadang mengatakan sebenarnya sudah lama ada. Namun, katanya, pengelolaannya belum maksimal karena pemodalnya terkesan masih ragu-ragu membangun fasilitasnya.

Namun demikian, kata Dadang, bosnya mengatakan akan segera membangun pemancingan umum air ikan air laut di dekat resor yang ada saat ini. Menurut dia, tempat pemancingan itu berupa sekat jaring yang masing-masing berukuran 144 meter persegi dengan kedalaman sampai dasar laut. Di dalam jaring tersebut, akan dilepas ikan-ikan hasil tangkapan nelayan bubu, untuk kemudian bisa dipancing oleh pengunjung umum.

"Ini sudah akan kami mulai pembuatannya. Nantinya, para wisatawan yang hobi mancing ikan laut, tidak perlu lagi berlayar ke tengah samudera. Mereka bisa mancing di sini," kata Dadang berangan-angan. M-1

Sumber: Lampung Post, Minggu, 13 Juli 2008

2 comments:

  1. Pantai ringgung emang masih asri..
    gara-gara tuliasn di Lampost.. kita jadi tertarik untuk main kesana.. Oya, jangan lupa bahas juga penangkaran harimau sumatera di dekat way kambas.. kalo gak salah namanya Way Kanan..(tapi bukan kabupaten way kanan lho..)

    ReplyDelete
  2. desialdilasari@apps.ipb.ac.id
    http://desialdilasari.student.ipb.ac.id
    http://ipb.ac.id

    ReplyDelete