TAMBLING (Lampost): Menteri Kehutanan Malem Sambat (M.S.) Kaban melepas secara simbolis dua harimau sumatera asal Aceh Selatan di Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC), Kecamatan Belimbing Bengkunat, Lampung Barat, Selasa (22-7).
DILEPASLIARKAN. (Foto kiri) Harimau sumatera asal Aceh Selatan ini sedang menyantap makanan. (Foto kanan) Menteri Kehutanan Malem Sambat Kaban bersama pemilik Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC) Tommy Winata berbincang saat melepasliarkan secara simbolis dua harimau sumatera ini di Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC), Kecamatan Belimbing Bengkunat, Lampung Barat, Selasa (22-7). (LAMPUNG POST/MEZA SWASTIKA)
Dua harimau itu bernama Pangeran yang berumur 6 tahun dan Agam (3--4 tahun). Penglepasliaran harimau sumatera ini merupakan yang kedua kali di dunia dan pertama kali di Indonesia. Harimau sumatera merupakan satu dari tiga spesies harimau di Indonesia yang masih tersisa. Dua spesies lain, yakni harimau bali dan harimau jawa sudah punah.
M.S. Kaban datang bersama pemilik Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC) Tommy Winata, ahli harimau dari Taman Safari Indonesia (TSI) Tony Sumampouw, dan Dolly Priatna dari Zoological Society of London selaku donatur alat pendeteksi harimau dengan GPS Collar.
Kaban mengatakan jika dari aspek kewilayahan, kawasan Tambling layak dijadikan habitat baru lima harimau sumatera asal Aceh. Ia juga berharap pihak swasta juga memiliki kepedulian konservasi sehingga peran mereka mampu menyelamatkan satwa yang hampir punah.
Ekosistem hutan di Lampung, ujarnya, cukup baik jika dilihat dari kebutuhan pangan harimau. "Penglepasliaran harimau ini inisiatif dari Departemen Kehutanan dan didanai Artha Graha," kata Kaban.
Sementara itu, Tony Sumampouw mengatakan TSI memiliki lima harimau asal Aceh yang akan dilepas di TNWC. Namun, tiga harimau lain, yakni Buyung usia 6 tahun, Ucok usia 11 tahun (keduanya jantan) dan Panti, betina berusia 2--3 tahun, masih dirawat di Rescue Center TNWC. "Ketiga harimau itu menderita penyakit, mulai gigi berlubang sampai kekurangan air. Jadi harus dirawat intensif sebelum dilepas," kata Tony.
Jika melihat karakteristiknya, ujar Tony, Pangeran yang berusia lebih tua dari Agam memiliki kemampuan teritorial lebih baik. Harimau ini memiliki teknik survival tinggi saat masih berada di hutan rimba Aceh Selatan. Berbeda dengan Agam yang belum memiliki pengalaman teritorial, kemungkinan konflik dengan manusia sangat minim.
Proses pengangkutan harimau dari Aceh Selatan ke TNWC terbilang panjang. Mula-mula diangkut dengan pesawat Dakota, kemudian transit di Bandara Branti. Berikutnya, diangkut dengan pesawat Cassa menuju ke TNWC. n SWA/U-1
Sumber: Lampung Post, Rabu, 23 Juli 2008
No comments:
Post a Comment