July 7, 2008

Teater: DKL Gelar Parade Monolog

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Komite Teater Dewan Kesenian Lampung (DKL) menggelar Parade Monolog 2008 di Taman Budaya Bandar Lampung, mulai Sabtu (12-7). Sebanyak 21 penggiat teater dari berbagai daerah siap berlaga pada acara yang digelar selama dua hari itu.

Ketua Komite Teater DKL Ahmad Zilalin mengatakan kegiatan ini digelar lagi karena melihat animo penggiat teater untuk turut serta dalam parade monolog tahun lalu. Pendaftaran peserta sudah dimulai sejak April lalu dan mendapat respons positif dari para penggiat teater. "Saat pendaftaran ada 30 aktor yang tertarik untuk mengikuti. Tetapi kami batasi hanya 21 aktor. Peserta adalah pelajar dan mahasiswa. Paling banyak berasal dari Bandar Lampung, disusul Metro dan Lampung Tengah," kata Ahmad Zilalin ditemui di Sekretariat DKL, Minggu (6-7).

Peserta akan tampil dengan membawakan salah satu naskah yang telah disediakan panitia. Ada 10 naskah monolog yang diadaptasi oleh Iswadi Pratama dan Ari Pahala Hutabarat dari 10 naskah cerpen. Sepuluh cerpen tersebut berasal dari cerpenis Indonesia dan luar negeri, di antaranya cerpen Koruptor dan Merdeka karya Putu Wijaya, Sang Pengeluh karya Yose Rizal K.W. dan Perempuan di Titik Nol karya Nawal El Sadawi.

Ahmad Zilalin berharap peserta dapat menampilkan kemampuan keaktorannya secara maksimal. "Pada lomba kali ini, peserta diberi waktu cukup lama untuk mempersiapkan diri yaitu 2,5 bulan. Harapannya mereka mempunyai waktu yang cukup untuk menginterpretasikan naskah monolog secara baik pada penampilan panggung mereka," kata Ahmad. Peserta akan unjuk kemampuan di hadapan 3 juri yaitu Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, dan Edi Samudra Kertagama.

Menurut Ahmad, belum banyak penggiat teater yang memiliki kesempatan untuk menjajal kemampuannya di atas panggung teater monolog. Padahal banyak potensi seniman yang mampu dan berkualitas dalam seni monolog. Jadi, ajang ini adalah kesempatan bagi penggiat teater tersebut. Harapannya semakin banyak penggiat teater yang akrab dengan teater monolog, sehingga menghidupkan gairah teater untuk semakin tertantang dengan berbagai karakter teater selain dialog. "Teater monolog membutuhkan keterampilan tersendiri karena aktor tunggal itulah yang menjadi fokus perhatian," jelasnya. n DWI/K-3

Sumber: Lampung Post, Senin, 7 Juli 2008

No comments:

Post a Comment