BANDAR LAMPUNG (Lampost): Parade Monolog Komite Teater Dewan Kesenian Lampung (DKL) 2008 pada 12 hingga 13 Juli lalu berakhir tanpa juara pertama. Sebelas peserta yang tampil dinyatakan tidak ada yang berhasil memenuhi standar kualitas penilaian untuk pemenang pertama yang ditetapkan ketiga juri.
"Kami memiliki standar penilaian kualitas untuk juara pertama hingga ketiga yang sama dengan tahun lalu. Jadi penilaian para juara tidak berdasar pada nilai tertinggi semata," ujar Ahmad Zilalin, Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Lampung (DKL), Senin (14-7).
Ketiadaan jawara dalam parade monolog teater di Taman Budaya Lampung ini, menurut Ahmad Zilalin, karena lemahnya metode latihan. Selain itu analisis peserta terhadap naskah sangat kurang.
"Mereka hanya sekadar menerima naskah, kemudian dihafalin, setelah itu selesai. Tanpa berusaha menganalisis lebih dalam apa yang diinginkan penulis dalam naskahnya," ujar Ahmad Zilalin yang kerap disapa Alin.
Dengan kondisi demikian, Komite Teater DKL akan berusaha mengenalkan metode latihan yang baik. "Saya kira komunitas teater seperti Teater Satu dan Komunitas Berkat Yakin dapat menjadi contoh dalam metode berlatih," ujarnya kembali.
Sementara itu, juara kedua dalam lomba ini, yaitu Yelii Shinta Laras U. dari Teater Satu dengan membawakan naskah Bara di Hamparan Salju (Osman Saadi) dan juara ketiga, Sugeng dari Komunitas Wong Apik dengan naskah Koruptor (Seno Gumira A.). Harapan pertama, Robi Akbar dari Teater Hitam Putih dengan naskah Pagi yang Brengsek (Simon Carmiggelt), kedua Aris H. Batanghari dari Metro dengan naskah Merdeka (Putu Wijaya) dan ketiga Baysa Dewi dari Teater Satu dengan naskah Sang Pengeluh (Yusrizal K.W.).
Saat acara berlangsung, tiga juri, yaitu Iswadi Pratama, Ari Pahala Hutabarat, dan Edi Samudra Kertagama pun menilai peserta kurang berlatih maksimal. Hari pertama, Sabtu (12-7), menampilkan enam peserta, di antaranya Akhmad Andika Ikranegara dari Teater Kurusetra Unila dengan naskah Koruptor (Seno Gumira A.) dan Aris H. Batanghari dari Metro dengan naskah Merdeka (Putu Wijaya).
Hari kedua, Minggu (13-7), menampilkan lima peserta, di antaranya Robi Akbar asal Teater Hitam Putih dengan naskah Pagi yang Brengsek (Simon Carmiggelt) dan Yelli Shinta Laras U. dari Teater Satu dengan naskah Bara di Hamparan Salju (Osman Saadi). n DWI/K-2
Sumber: Lampung Post, Selasa, 15 Juli 2008
No comments:
Post a Comment