July 19, 2010

Penggusuran di TNWK: Bertahan hingga Ajal di Kualakambas

LABUHANMARINGGAI--Selama dua hari sejak Jumat (16-7), hujan terus turun di perkampungan Kualakambas. Dalam cuaca dingin itu, Nyiwar (60) berteduh di musala, berdesakan-desakan dengan puluhan warga.

Maklum, tinggal itulah satu-satunya bangunan yang tersisa di bekas permukiman nelayan di tepian Taman Nasional Way Kambas (TNWK) tersebut. Rumah-rumah nelayan di situ, sekitar 30 rumah, habis dibumihanguskan oleh aparat kepolisian dan Polisi Kehutanan pada Jumat (16-7).

Siang harinya, masih ada warga yang melihat Nyiwar tidur-tiduran di musala. Sore harinya, menjelang magrib, warga mencoba membangunkannya. Ternyata, perempuan sebatang kara itu sudah tak bernyawa.

Warga mencoba mengontak nelayan di Kualapenet, Desa Margasari, Kecamatan Labuhanmaringgai, Lampung Timur, agar mengirimkan perlengkapan jenazah.

Tapi, karena gelombang tinggi, nelayan di sana tak berani melaut menuju Kualakambas yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu satu jam jika cuaca bagus. Pagi harinya, Minggu (18-7), jenazah disalatkan di musala. Lalu, dengan dibungkus kain seadanya, jenazah dikuburkan di bekas permukiman tersebut.

Rasmi (35), seorang warga Kualakambas, menduga Mbah Nyiwar meninggal selain karena faktor usia, juga karena tak kuat menahan cuaca dingin. Tempat berteduh satu-satunya, yaitu musala, sudah banyak yang bocor.

Sebelumnya, warga sekitar yang mengurus dan memberi makan Mbah Nyiwar yang tinggal sendiri di rumahnya. "Sebelumnya, kami masih memperhatikan Mbah Nyiwar. Namun, sejak rumah-rumah kami dibakar, kami tidak lagi memperhatikan Mbah Nyiwar karena kami sibuk mengurus diri masing-masing," kata Rasmi yang baru saja mendarat di Kualapenet dari Kualakambas kemarin sore.

Warga di sana mengurus Nyiwar karena perempuan tua itu tak memiliki tempat tinggal lain selain di Kualakambas. Ia juga tak memiliki saudara di sana.

Nyiwar yang sudah tinggal di Kualakambas sejak puluhan tahun itu memang pernah memiliki suami. Namun, ketika belum dikaruniai anak, suami Nyiwar malah tewas dimakan buaya di Sungai Way Kanan.

Nyiwar kemudian menikah lagi. Tapi, belum sempat dikaruniai anak, suami keduanya meninggal karena sakit. Selanjutnya, Nyiwar tidak menikah lagi dan tetap bertahan di Kualakambas hingga ajal menjemputnya. (AGUS SUSANTO/R-2)

Sumber: Lampung Post, Senin, 19 Juli 2010

No comments:

Post a Comment