DI tengah pesimistis tentang kualitas pemilihan kepada daerah (pilkada) dinilai semakin menurun, terutama terkait dengan lemahnya kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU), masyarakat Lampung patut bersyukur dan berbangga.
Pilkada di enam kabupaten/kota: Bandar Lampung, Metro, Lampung Selatan, Lampung Timur, Pesawaran, dan Way Kanan, Rabu, 30 Juni 2010--sebagaimana diakui Ketua KPU Lampung Edwin Hanibal-- berlangsung jujur dan fair.
Paling tidak, hingga kemarin, tidak ada persoalan yang mencuat atau hal-hal yang menunjukkan adanya kecurangan dalam penyelenggaraan pencobloskan dan penghitungan suara di tempat pemungutan suara (TPS).
Kondisi ini menjadi indikasi dari kedewasaan politik warga Lampung yang melaksanakan pesta demokrasi. Kita berharap kondisi kondusif ini akan berlangsung hingga penetapan hasil perhitungan suara oleh KPU kabupaten/kota yang menyelenggarakan pilkada masing-masing.
Harus diakui, kelemahan pelaksanaan pilkada masih banyak menyimpan masalah yang berkaitan dengan daftar pemilih tetap, surat suara, pencalonan, politik uang, penghitungan suara, dan intimidasi. Kondisi ini ditambah lagi ketidakmampuan penyelenggaraan pilkada (KPU) menjalankan fungsinya dengan baik. Pilkada dikelola dengan semangat demokrasi yang minimalis.
Kalau boleh jujur, rakyat Lampung sudah menunjukkan kesadaran dan kecerdasan politik yang luar biasa, sehingga berbagai masalah yang timbul akibat tidak profesionalnya penyelenggara pilkada tertutupi. Sebab itu, kita menuntut kedewasaan berdemokrasi dari peserta pilkada. Sebab, tidak ada pesta yang tak berakhir.
Laiknya permainan, selalu ada yang menang dan yang kalah. Yang kalah harus berbesar hati, menerima kekalahan.
Penghitungan suara memang belum selesai, tetapi melalui penghitungan cepat (quick count) sudah ada bayangan siapa yang bakal terpilih menjadi kepala daerah di enam kabupaten/kota penyelenggara pilkada.
Memang, hasil penghitungan cepat ini tidak bisa menjadi patokan dalam menentukan pemenang pilkada. Kita memang harus bersabar menunggu hasil penghitungan suara final. Meskipun demikian, sudah dapat dipastikan daerah yang menyelenggarakan pilkada dalam waktu dekat akan memiliki pemimpin baru, baik itu kepala daerah benar-benar baru maupun yang terpilih kembali.
Kepada pemimpin-pemimpin baru inilah masyarakat menaruh kepercayaan dan harapan bagi pembangunan daerah. Masyarakat telah menentukan pilihan kepada siapa yang mendapat amanat untuk memimpin mereka. Sebab itu, tidak ada argumen untuk mengabaikan rakyat yang memilih.
Selamat kepada pemenang pilkada. Selamat menjalankan amanat rakyat: membangun dan menyejahterakan rakyat.
Sumber: Lampung Post, Jumat, 2 Juli 2010
No comments:
Post a Comment