July 25, 2010

[Perjalanan] Way Rarem, Dam yang Padam

IMPIAN para perancang membangun Bendungan Way Rarem untuk mengubah Kecamatan Abung Barat, Lampung Utara, menjadi kawasan wisata dan 22 ribu hektare sawah di bawahnya murah pangan seolah sirna. Kini, waduk yang dibangun tahun 1980 ini sunyi sepi.

Melintas di jalan lintas sumatera (jalinsum), sekitar 10 kilometer meninggalkan Kotabumi ke arah Palembang, satu unit plang besar terpampang di ujung tikungan. Dua sisi plang dibuat menyudut karena di tikungan itu adalah pertigaan jalan menuju Kecamatan Abung Barat, Lampung Utara. Di papan nama itu tertulis ‘Selamat Datang di Taman Wisata Way Rarem’.

Plakat besar warna biru dengan tulisan timbul warna putih itu terlihat usang. Maklum, penunjuk lokasi sekalaigus penunjuk arah itu dibuat tahun 1984. Namun, tulisannya masih teguh.

Penasaran ingin menikmati taman wisata itu? Tunggu dulu!

Memasuki jalan aspal sepanjang sekitar tujuh kilometer dari jalinsum melintasi kampung-kampung menuju objek wisata andalan di Lampung Utara ini memang tidak sulit. Namun, bayangan bahwa di dalam sana terdapat objek wisata yang ramai dengan anak-anak bersukaria, remaja bercanda dengan permainan air, atau keluarga bersantai menggelar tikar makan bersama di bawah pohon akasia, sebaiknya Anda simpan dulu.

Bekas-bekas kejayaan dan kemeriahan sebagai taman wisata memang masih terlihat. Satu gerbang besar bertulis ‘Taman Wisata Way Rarem’ memang belum tanggal, tetapi reputasinya sudah tertinggal. Sebab, suasana leasure di tempat ini tidak terlihat lagi. Sayang memang, tetapi apa boleh buat. Mengapa?

Sulit menjawab dengan kata yang lebih halus dari tiga kata "karena tidak aman" untuk pertanyaan itu. Fakta ini memang sedang merundung kawasan wisata bendungan yang mulai dibangun tahun 1980 dan selesai diresmikan Presiden Soeharto pada 1984. Padahal, zaman itu biaya yang dipakai untuk "memberhentikan" air bah oleh kontraktor asal Taiwan dan konsultan Jepang itu miliaran rupiah. Ini termasuk megaproyek Orde Baru yang masyhur di Lampung dengan panjang bendungan 2,02 kilometer, tinggi 32 meter, dengan lebar puncak 8 meter.

Tak heran jika pada kondisi elevasi air penuh, waduk ini seperti lautan kecil di tengah kampung. Ini menjadi daya tarik yang luar biasa untuk kawasan wisata di daerah yang sangat kesulitan mencari tempat bersantai seperti Lampung Utara.

Pada saat pembangunan dan setelah peresmian, daerah itu memang luar biasa berbeda. Way Rarem sempat menjadi salah satu magnet wisata di Lampung. Saat itu, jalan munuju objek itu mulus, beberapa fasilitas permainan, baik di darat maupun di air tersedia. Kedai-kedai penganan berdiri. Sudut-sudut waduk yang rimbun oleh pepohonan menjadi tempat romantis untuk berteduh berdua, dan tentu saja, pemandangan "lapangan" air yang gilar-gemilar dengan angin semilir.

Antrean wisatawan lokal dari daerah Lampung Utara, bahkan mobil-mobil dari Bandar Lampung selalu mengular setiap akhir pekan. Apalagi Lebaran dan musim libur sekolah, semua tujuan rekreasi di bilangan utara Lampung itu terkonsentrasi di tempat itu.

Kini, masa jaya Way Rarem tinggal puing-puing kenangan. Berbagai fasilitas terus menurun kualitasnya dan menunduk kepada umur yang segera magrib. Sepi, sunyi, senyap. Hanya ada beberapa "pemberani" yang menyambangi objek wisata dan penampung air untuk irigasi itu. Selebihnya, diam. Hanya penjaga pintu waduk dan warga sekitar yang sesekali menjenguk.

Beberapa warga Lampung Utara yang dimintai komentar tentang iklim wisata di Lampung Utara menyayangkan kondisi itu. Eva (27), warga Kelapatujuh, Kotabumi, mengaku sulit mendapatkan tempat rekreasi yang dekat dan nyaman di Lampung Utara. Ia berharap Pemkab mau menghidupkan kembali satu-satunya lokasi wisata yang alami di Lampung Utara itu. "Saya sih, pengin banget Bendungan Way Rarem itu bisa dihidupkan kembali. Tapi, keamanannya itu lo yang susah," kata dia pekan lalu.

Warga lainnya, Yudi, pendatang asal Yogyakarta yang menetap di Kotabumi, menyatakan sebaiknya pihak aparat keamanan menjaga lokasi wisata itu. Tanpa keamanan, kata dia, seindah apa pun tempat wisata hanya akan sepi seperti kuburan.

Informasi yang beredar di masyarakat, ada wacana Bendungan Way Rarem akan dikelola kembali dengan melibatkan pihak TNI sebagai pengelola. Namun, kebenaran rencana itu belum dapat dipastikan. "Katanya memang ada yang mengusulkan agar dikelola Kodim, seperti Pantai Pasir Putih di Bandar Lampung. Itu kabar baik kalau memang terjadi. Sebab, hanya aparat keamananlah yang bisa menjamin lokasi itu bisa hidup kembali," kata Yudi.

Yudi berharap Pemkab sebagai pemangku kepentingan taman wisata itu menyambut baik jika ada prakarsa kerja sama dengan pihak TNI. Bahkan, jika memang belum ada keinginan resmi dari Kodim, ada baiknya Pemkab melakukan pendekatan agar semua keinginan masyarakat dapat terwujud. Sebab, jika itu hidup kembali, semua pihak akan diuntungkan sehingga dam yang sangat potensial itu segera bangkit dan tidak terpendam. (HARI SUPRIONO/M-1)

Sumber: Lampung Post, Minggu, 25 Juli 2010

1 comment: