July 26, 2010

Krakatau Kurang Promosi

BANDAR LAMPUNG (Lampost): Gunung Anak Krakatau merupakan salah satu objek wisata yang unik. Untuk itu, perlu promosi berskala internasional untuk dapat menarik minat wisatawan.

"Gunung Anak Krakatau sangat unik dan begitu menakjubkan", kata Wakil Duta Besar Portugal Pedro Cuelho di sela-sela kunjungan ke Krakatau, Lampung Selatan, Minggu (25-7).

Menurut Pedro, sangat disayangkan jika Krakatau yang memiliki potensi wisata sangat besar tidak dipromosikan secara optimal.

Sementara itu, Duta Besar Peru Juan Alvarez Vita sangat mengagumi keindahan wisata alam di Krakatau. Pasalnya, gunung itu memiliki keunikan karena letaknya di tengah laut. "I Like so much. This is very wonderful."

Sedangkan First Counsellor Libia, Abdussame E.M. Harb mengatakan dia baru pertama kali mengunjungi Krakatau dan Lampung. Gunung vulkanis itu memiliki pemandangan yang indah sekaligus unik. "Pasti saya akan memberitahukan keunikan dan keindahan Krakatau di negara saya."

Dia menambahkan potensi wisata gunung itu dapat terus dikembangkan dan ke depan lebih baik lagi.

Keindahan wisatanya juga membuat kagum pemilik agen perjalanan Freeline Adventure, Australia, Stuart Horstman. Dia berjanji mengajak turis-turis dari Australia untuk mengunjungi Krakatau. "Tapi saya bingung transportasinya seperti apa?"

Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Lampung Sutono mengatakan diperlukan sinergi antara Pemkab Lamsel dan Pemprov untuk dapat mengembangkan Krakatau dengan optimal.

Kegiatan Festival Krakatau XX dihadiri 18 duta besar atau perwakilan negara-negara, yakni Ambassador Yunani Georgios Veis dan Clara Veis, Dato Paduka Mahmud Haji Saidin (Brunei Darusalam), Vidal Erfe Querol (Filipina), Mohamoud Olow Barrow (Somalia), Karine Maeckel Berge (Belgia), Pedro Coelho (Portugal), George Vilcue (Rumania), Herman Lou (Singapura), Juan Alvarez Vita (Peru), Nico Barito (Seychelles), I Begniew Willinski (Polandia), Ahmed Jaber Yahya (Yaman), Abdussame (Libia), Majed Abdul Aziz A Aldayei (Arab Saudi), Liliah Banega Delapena (Argentina), dan Jorge Leon Cruz (Kuba).

Selain itu, hadir juga Kementerian Luar Negeri, Kiki Oktanio dan Goghot Praota. Lalu Kapolda Lampung Brigjen Sulistyo Ishak dan anggota DPRD Lampung.

Panitia Diskrinasi


Sempat terjadi ketegangan antara pers lokal dan media official Festival Krakatau. Pasalnya, pers lokal diperlakukan diskriminatif dengan tidak diperbolehkan masuk pada konferensi pers.

Koordinator Media Official, Glenn Josh, mengatakan konferensi pers hanya untuk media nasional dan asing yang ada di dalam undangan.

Ucapan berbau diskriminasi tersebut sontak membuat kalangan pers lokal baik elektronik maupun cetak merasa disepelekan. Mereka pun akhirnya urung meliput konfres tersebut. "Ini jelas tidak adil, dari kemarin kami sudah merasa diperlakukan diskriminatif," ujar seorang wartawan media cetak.

Ketika dikonfirmasi ulang, Glenn Josh mengatakan dia hanya mengatasnamakan aturan. "Silakan konfirmasi ke Kadisbudpar," ujarnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung Gatot Hudi Utomo tidak lama kemudian mengklarifikasi peristiwa yang menjatuhkan martabat pers lokal tersebut.

Gatot mengatakan kebijakan untuk tidak mengikutsertakan pers lokal dalam konferensi pers bukan dari Disbudpar, melainkan internal media official. Gatot menegaskan Disbudpar sama sekali tidak mebeda-bedakan pers. (*/K-1)

Sumber: Lampung Post, Senin, 26 Juli 2010

No comments:

Post a Comment