August 25, 2008

Festival Krakatau Hanya Rutinitas

BANDAR LAMPUNG (Ant/Lampost): Sejumlah pengunjung pembukaan Festival Krakatau tahun 2008 di PKOR Way Halim, Bandar Lampung, Sabtu (28), menilai kegiatan tahunan tersebut monoton dan tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pembukaan Festival Krakatau tahun ini bahkan tidak semeriah tahun lalu.

"Setiap pembukaan Festival Krakatau, yang ditampilkan dari setiap daerah hanya tarian dan selalu mengedepankan tari topeng," kata Esti, warga Kampungsawah, Bandar Lampung.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pembukaan Festival Krakatau diawali dengan tarian yang menggambarkan ketika Gunung Krakatau meletus tahun 1883, kemudian tarian tambur dari warga Lampung asal Sumatera Barat, dan tari topeng asal Yogyakarta. Selanjutnya, penampilan 11 kabupaten/kota dengan aneka tari, tapi lebih banyak menitikberatkan pada tari topeng.

"Kalau setiap tahun seperti ini, orang bisa bosan melihatnya. Saya pikir para duta besar yang hadir itu pun sebagian besar tahun lalu sudah menyaksikan hal serupa. Lalu, apa yang mau dijual," kata Prapto, warga Kedaton, Bandar Lampung.

Selain itu, warga juga mengeluhkan minimnya informasi mengenai Festival Krakatau. Warga mengaku kurang mendapatkan informasi tentang adanya festival yang digelar setiap tahun tersebut.

"Saya tahu kalau ada pembukaan Festival Krakatau karena hampir setiap hari datang ke arena sini untuk berolahraga. Jadi tidak dari media," kata Anwar, warga Way Halim, Bandar Lampung.

Untuk memeriahkan Festival Krakatau, empat ekor gajah jinak didatangkan dari Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, Lampung Timur. Sejumlah warga memanfaatkan kesempatan tersebut dengan menunggangi gajah didampingi para pawang dan pengasuh gajah itu.

Gajah-gajah jinak terdidik dan terlatih itu didatangkan dari PLG Way Kambas untuk mengikuti parade pembukaan FK ke-18 yang merupakan agenda tahunan pariwisata Lampung sekaligus menyambut Visit Indonesia Years 2008 dan Visit Lampung Years 2009.

Kendati berada di lapangan kawasan PKOR Way Halim itu yang berdebu dan kotor, keberadaan gajah jinak itu tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi warga, terutama anak-anak untuk mendekat. Sebagian mencoba menaikinya dengan dipandu pawang atau pengasuh gajah itu. n K-2

Sumber: Lampung Post, Senin, 25 Agustus 2008

No comments:

Post a Comment