-- Sugeng P. Harianto*
SEGALA puji syukur bagi Tuhan Yang Mahakuasa atas berkah, rahmat, dan anugrah-Nya. Syukur pula kita panjatkan atas 34 tahun eksistensi Lampung Post sebagai salah satu media massa yang kontribusinya sebagai pers dapat kita rasakan hingga saat ini.
Tanggal 10 Agustus 34 tahun silam, Lampung Post mengawali kiprah di dunia pers sebagai media massa yang hingga kini banyak mewarnai perubahan dan kehidupan di Provinsi Lampung. Tentu tidak mudah menerbitkan media pada masa-masa pembangunan Indonesia yang meletakkan stabilitas sebagai prioritas strategi pembangunan nasional. Namun, Lampung Post dapat membuktikan eksistensi di tengah pembangunan yang antikritik, otoriterisme, dan sentralisme.
Proses demokratisasi, reformasi, dan desentralisasi yang kita jalani kini tidak dapat terjadi tanpa adanya pers sebagai pilar demokratisasi masyarakat.
Demokratisasi selain bersandar pada berfungsinya kembali partai politik dan organ-organ idenpenden, juga bersandar pada adanya pers yang bebas mengekspresikan pendapat. Terutama pada fungsi kontrol sosial pers terhadap penyimpangan dan pelanggaran sistem bernegara dan norma-norma masyarakat yang ada.
Laporan survei sosial kemasyarakatan yang diterbitkan LSI pada Juli 2008 menyebutkan masyarakat menempatkan media massa sebagai institusi yang paling bisa menyuarakan kepentingan (31%) dibanding dengan institusi lain seperti ormas (24,5%) dan partai politik (11%). Fungsi inilah yang pada masa sebelumnya tidak dapat berjalan secara optimal karena represi rezim orde baru dengan menggunakan beredel bagi pers yang tidak sejalan dengan keinginan pemerintah.
Hanya pers yang pandai "menyentil" kondisi ketidakadilan sosial yang ada; yang dapat berjalan dalam gelapnya ketidakbebasan berpendapat; yang sesungguhnya dijamin Undang-Undang Dasar kita. Di siniah kita dapat melihat kedewasaan Lampung Post menghadapi situasi represi dan ancaman bredel rezim Orde Baru.
Selain memiliki fungsi sebagai kontrol sosial, pers juga berfungsi sebagai media informasi, pendidikan dan hiburan. Dalam fungsinya sebagai media informasi, Lampung Post telah membuktikan sebagai media yang menjadi referensi utama tentang daerah Lampung.
Sebagai media informasi sejak 34 tahun silam, dari terbit mingguan hingga harian dewasa ini, Lampung Post terus setia memberikan santapan informasi lokal dan nasional dengan cepat dan akurat. Tidak heran bagi setiap masyarakat Lampung selalu tidak lengkap sebelum membaca berita dalam perspektif Lampung Post. Hal ini tidak dapat terjadi seandainya Lampung Post tidak memiliki profesionalisme dan inovasi sebagai pers yang independen dan kritis.
Independensi dan kritisme Lampung Post telah menempatkan pembacanya pada posisi subjek berita. Membaca Lampung Post memberikan kita posisi untuk bebas bersikap terhadap berita yang ada. Dalam istilah Rubin; "menjadi media literacy yang memupuk proses kognitif terhadap informasi".
Independensi Lampung Post tidak melalui penyampaian informasi yang cover both sides, menjadikan Lampung Post tidak terjebak dalam kesalahan prinsip sebagai sebuah media informasi.
Hal inilah yang menyebabkan masyarakat Lampung menilai credible atas berita-berita yang disampaikan Lampung Post. Tentu kita mafhum, kesalahan penyampaian berita akan berakibat luas tidak saja terhadap pribadi-pribadi, tapi juga masyarakat secara umum.
Kredibilitas yang dimiliki Lampung Post dewasa ini sangatlah mustahil ada jika Lampung Post tidak memiliki profesionalisme sebagai pers yang independen dan kritis dalam semangat kerjanya.
Peran Lampung Post sebagai media pendidikan tidak seorang pun dapat menyangkalnya. Sangat sulit disebut satu per satu apa yang telah Lampung Post perbuat selama 34 Tahun ini dalam dunia pendidikan. Dalam kesempatan yang istimewa ini, sebagai pribadi maupun sebagai rektor Universitas Lampung, saya mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi sangat tinggi terhadap apa yang telah dilakukan Lampung Post dalam memajukan dunian pendidikan.
Tidak hanya khusus terhadap Universitas Lampung, tapi dunia pendidikan pada umumnya. Hal ini karena tanggung jawab pendidikan bukanlah semata tanggung jawab institusi pendidikan, melainkan seluruh stakeholder pendidikan. Pers menjadi salah satu pihak yang berkepentingan terhadap majunya pendidikan nasional.
Dalam kesempatan 34 tahun Lampung Post ini pula, saya sangat berharap Lampung Post dapat terus mendorong, bekerja sama serta mengkritisi penyelenggaraan pendidikan pada seluruh tingkatan dan jenis pendidikan yang ada di tanah Lampung. Posisi independensi dan kritisme Lampung Post memberikan sudut pandang lateral dan solutif dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di provinsi kita ini.
Khususnya Universitas Lampung yang sedang melangkah untuk menjadi salah satu universitas yang masuk peringkat sepuluh universitas terbaik di Indonesia.
Globalisasi dan internasionalisasi sosial dan budaya telah menjadi keadaan yang tidak dapat ditolak. Perkembangan teknologi informasi mendorong masyarakat lebih terbuka terhadap variasi sumber dan media informasi. Termasuk dunia hiburan, yang juga menjadi salah satu fungsi pers. Era reformasi kini membawa angin segar bagi kebebasan berekpresi.
Hasil survei Dewan Pers--Yayasan Tifa Maret--April 2008 menyebutkan masyarakat menilai media massa kini sudah bebas memberitakan peristiwa tanpa tekanan penguasa dan mayoritas responden (54%) menyatakan tidak setuju dengan tindakan sensor terhadap pers. Di sinilah kita melihat Lampung Post memberi warna indentitas budaya nasional dan lokal yang disampaikan dalam kemasan hiburan.
Banyak kearifan nasional dan lokal yang disampaikan Lampung Post dalam bentuk gambar, karikatur, fabel, cerpen, serta cerita rakyat yang bersumber dari Sabang hingga Merauke. Hal ini saya yakin bukanlah tanpa maksud.
Di tengah derasnya arus informasi global, banyak hiburan yang sifatnya bertolak belakang dengan falsafah dan dasar kehidupan bernegara kita, etika, moral serta adat budaya bangsa. Apa yang telah disajikan Lampung Post itu, jika kita menyadarinya, merupakan salah satu upaya memperkuat identitas budaya dan sosial kita. Hal ini tentu sangat penting mengingat dominasi terhadap budaya dan sosial akan menempatkan kita sebagai bangsa tanpa indentitas.
Hal yang paling menyedihkan tentu jika kita tidak dapat mengidentifikasi identitas diri kita sendiri sehingga kita menjadi bangsa yang tanpa arah. Bangsa yang tidak memiliki arah adalah bangsa yang tidak tahu tujuan dan apa yang hendak dicapainya. Dan otomatis, tanpa cita-cita.
Tantangan yang dihadapi Lampung Post di masa mendatang tentu akan makin berat. Situasi dan kondisi keterbukaan dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat mendorong media massa tampil begitu vulgar dalam mengambil brand dan positioning-nya. Hanya satu jalan bagi Lampung Post untuk terus bertahan dalam kompetisi media tersebut, yaitu inovasi. Hasil survei Edelman Asia Pasific Tahun 2007 menyebutkan posisi media massa sebagai sumber informasi bisnis belum tergoyahkan oleh media internet maupun televisi.
Namun, penggunaan internet dewasa ini telah menjadi mainstream yang tidak dapat dibendung lagi. Dalam hal ini, Lampung Post Online dapat kita baca merupakan salah satu upaya Lampung Post menghadapi persaingan yang tidak saja lokal, tapi nasional dan global.
Di atas semua upaya itu, sikap profesionalisme pers yang independen dan kritis yang dimiliki Lampung Post selama inilah yang membuat pembacanya menjadikan Lampung Post tetap sebagai media yang menjadi referensi masyarakat dan stakeholders Lampung.
Dengan usia lebih dari tiga dasawarsa, Lampung Post tentu memahami bagaimana bertahan dan berkembang sesuai dengan tuntutan dan perubahan zaman.
Selamat atas kiprah, prestasi, dan kontribusi 34 Tahun Lampung Post sebagai insan dan institusi pers. Semoga dapat terus berdiri sebagai pers yang profesional dengan sikap indenpenden dan kritisnya. Inovasi-inovasi terbaru tentu kita harapkan dari kerja-kerja pers Lampung Post dalam mendorong perubahan dan kemajuan pembangunan nasional dan daerah yang multidimensi.
* Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.Si, Rektor Universitas Lampung
Sumber: Lampung Post, Senin, 11 Agustus 2008
No comments:
Post a Comment