BANDAR LAMPUNG (Lampost): Populasi harimau di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) hanya 1,7 ekor per 100 km persegi. Harimau makin langka disebabkan karena spesies ini banyak diburu untuk dijadikan obat dan kulitnya dijadikan bahan busana.
Sedangkan habitat harimau di dunia hanya tinggal 7 persen dan tersebar di beberapa negara, salah satunya Indonesia. Harimau sumatera yang ada di Indonesia merupakan warisan alam dan harus dijaga kelestariannya. Indonesia dikenal sebagai negara yang keanekaragaman hayatinya terbesar di dunia. Namun, masih belum mampu untuk melestarikan spesies tertentu.
Pernyataan tersebut diungkapkan Kepala Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Kurnia Rauf dalam Stadium General Konservasi Kolaboratif untuk Jejak Si Belang di Indonesia, di Pondok Rimbawan, Senin (25-8).
Kurnia mengatakan daya dukung konservasi di Sumatera makin berkurang seiring dengan makin berkurangnya hutan. Sebanyak 2.600 ha hutan di Sumatera terdegradasi setiap tahunnya.
Menurut Kurnia, TNBBS merupakan salah satu tempat konservasi bagi harimau sumatera. TNBBS masuk dalam tiger conservation unit level I dan tiger conservation landscape level IV. Hal tersebut yang menyebabkan TNBBS dipilih sebagai tempat translokasi lima harimau sumatera dari Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD).
Alasan dipilihnya TNBBS juga karena kawasan itu masih cukup luas mencapai 360 ribu ha, dan masih memiliki jenis satwa yang menjadi pakan harimau.
Akademisi Fakultas Pertanian Unila, Agus Setiawan, mempertanyakan apakah telah dilakukan studi sebelum dilepaskannya harimau di TNBBS. Studi yang dilakukan tidak hanya pakan harimau saja, tetapi pesaing dan spesies harimau asli juga harus dipelajari. "Apakah harimau asli di TNBBS menerima adanya harimau baru. Hal tersebut memengaruhi interaksi harimau baru dengan harimau asli," ujar Agus.
Agus menilai konservasi di Indonesia belum mampu membuat spesies tertentu dapat berkembang biak dengan baik atau menghasilkan keturunan. Padahal biaya yang telah dikeluarkan sangat besar. Agus mencontohkan, mendatangkan badan dari Amerika ke Way Kambas untuk menunjang konservasi tenyata belum menghasilkan.
"Sampai kini badak belum mampu melahirkan keturunan," kata Agus. n */K-2 (Padli Ramdan)
Sumber: Lampung Post, Rabu, 27 Agustus 2008
No comments:
Post a Comment